July 27, 2010

Pindahkan Ibukota Jakarta

Sebenarnya ini ide basi. Dari jaman Bung Karno sudah ada, dan jaman Orde Baru pun Jonggol sudah dipersiapkan. Akhirnya sampai sekarang cuma jadi wacana pelepas stres karena sudah mentok sama keadaan. Tetapi ingat, efek bercampurnya pusat pemerintahan dan pusat bisnis seperti Jakarta, membuat kemacetan di Jakarta sudah sangat serius mendekati akut.
Dan, kenyataan yang saya hadapi ternyata berkata membenarkan. Semenjak tinggal di Bekasi, ketika berangkat pagi, saya berpapasan dengan beberapa minibus milik pemerintah pusat, yang sedang menjemput karyawan. Hitung-hitung didalam minibus itu ada penumpang sekitar 30 orang, yang bertempat tinggal diluar kota Jakarta, tepatnya di Bekasi. Lalu masih ada berapa minibus lagi yang berangkat dari kota satelit lain seperti Tangerang dan Depok? Lalu ada berapa karyawan pemerintah yang memutuskan memakai kendaran sendiri maupun kendaraan operasional seperti mobil atau motor? Keadaan menjadi terbalik adalah ketika sedang ada libur kantor pemerintah seperti hari Sabtu atau hari libur nasional. Seperti itulah wujud asli Jakarta, yang lengang tanpa ada lalu lalang kendaraan pemerintah, maupun iring-iringan mobil pejabat yang dengan enaknya menembus kemacetan.

Macet Yang Mulai Akut
picture from vivanews.com

Dan jika tidak segera ditindak-lanjuti, yang akan terjadi adalah :
1. Jakarta akan macet total.
2. Dengan banyaknya orang bekerja di Jakarta padahal rumah mereka ada di pinggiran Jabotabek, akan mengakibatkan pemborosan BBM. Paling tidak ada sekitar 6,5 milyar liter BBM dengan nilai sekitar Rp 30 trilyun yang dihabiskan oleh 2 juta pelaju ke Jakarta setiap tahun.
3. Dengan kemacetan dan jauhnya jarak perjalanan, orang menghabiskan waktu 3 hingga 6 jam per hari hanya untuk perjalanan kerja.
4. Stress meningkat akibat kemacetan di jalan.
5. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) juga meningkat karena terus menghisap asap knalpot kendaraan.
6. Banjir dan kekeringan akan semakin meningkat karena daerah resapan air terus berkurang.
7. Jumlah penduduk Indonesia akan terpusat di wilayah Jabodetabek. Saat ini saja sekitar 30 juta dari 200 juta penduduk Indonesia menempati area 1500 km2 di Jabodetabek. Atau 15% penduduk menempati kurang dari 1% wilayah Indonesia.
8. Pembangunan akan semakin tidak merata karena kegiatan pemerintahan, bisnis, seni, budaya, industri semua terpusat di Jakarta dan sekitarnya.
9. Tingkat Kejahatan/Kriminalitas akan meningkat karena luas wilayah tidak mampu menampung penduduk yang terlampau padat.
10. Timbul bahaya kelaparan karena over populasi dan sawah berubah jadi rumah, kantor, dan pabrik. Saat ini pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia 7 x lipat lebih padat daripada RRC. Kepadatan penduduk di Jawa 1.007 orang/km2 sementara di RRC hanya 138 orang/km2.

Letak Ibukota Yang Baru
picture from infoindonesia

Sepertinya gagasan pemindahan ibukota negara harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Pembahasan cukup lugas mengenai pemindahan ibukota dipaparkan di sebuah blog yang menganalisa bahwa tempat yang paling tepat sebagai ibukota adalah dibagian pulau Borneo (Kalimantan). Dan sebuah grup di facebook pun telah dibentuk untuk menyuarakan dukungan. Terlepas dimana nanti ibukota itu berada, yang penting harus didasarkan pada analisa topografi yang baik, aman dari gempa, dan mempunyai jalur logistik dan transportasi yang ideal bagi sebuah ibukota. Lebih idealnya lagi, tempat yang baru nanti seharusnya dirancang dari nol, bukan pengembangan kota yang sudah ada. Masak mau kalah dengan Malaysia yang sudah punya Putrajaya dan meninggalkan Kuala lumpur. Atau cobalah bercermin pada Amerika yang sudah maju dengan meninggalkan New York dan memilih pindah membentuk kota baru di Washington DC.

No comments:

Post a Comment